Senin, 15 Agustus 2011

3 kelemahan flash fiction di indonesia.

Sepantasnya awal abad 21 dicatat sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah perkembangansastra tanah air.
Abad 21 berjasa melahirkan Istilah sastra dunia maya. Berkat internet, ribuan orang dari seluruh penjuru tanah air kini bisa merilis karya sastranya ke publik hanya dengan menekan telunjuknya.
Raib sudah kasta penulis pemula, penulis ternama. Semua penulis setara. Media-media tradisional tak lagi digdaya menentukan naskah penulis siapa yang hendak dimuat.
Setiap hari masyarakat dibanjiri ratusan karya fiksi yang terentang mulai dari puisi, tweetfiction, flash fiction,cerpen, novelette sampai novel. Dan berita bagusnya adalah, pembaca bisa lansung berinteraksi dengan penulis bersangkutan disaat bersamaan tanpa batas ruang & waktu.
Pembaca juga sudah bisa mengakses jenis fiksi pendek (tweetfiction & flash fiction) yang selama ini tak pernah mendapat ruang dimedia-media tradisonal. Flash fiction tiba-tiba saja menjadi anak emas di jagat sastra dunia maya. Bentuknya yang pendek, padat, dan bisa dibaca sekejap dianggap paling sesuai dengan tipikal pengguna internet yang tidak betah berlama-lama membaca tulisan panjang dilayar komputer.
Kemudahan mempublikasikan karya fiksi bagi setiap orang secara gratis adalah satu soal. Kualiitas yang berbanding terbalik dengan kuantitas adalah soal lain. Kita bersyukur karena internet membawa dampak positif yang sangat besar bagi perkembangan dunia fiksi tanah air, tapi bukan berarti kita membiarkan kualitas karya-karya fiksi ikut melorot.
Sama halnya di dunia nyata, di dunia maya pembaca juga adalah raja. Beragamnya pilihan membuat pembaca berkuasa hanya memilih karya fiksi yang berkualitas saja untuk ditukar dengan waktunya.
Penulis flash fiction yang tidak mau karyanya berakhir sebagai zombie yang mengotori dunia maya, usahakan karyanya tidak mengandung salah satu atau ketiga kelemahan berikut ini :
Cerita tidak utuh
Flash fiction adalah rangkaian cerita utuh mulai dari awal, tengah sampai akhir yang tak terpisahkan, dan diikat oleh satu benang merah yang jelas. Ada beberapa flash fiction (klaim penulisnya) yang ditemui di blogosphere ternyata hanya merupakan sebuah potongan paragraf dari sebuah cerita besar. Kita tidak pernah tahu darimana awal ceritanya, mengapa cerita tersebut terjadi dan bagaimana akhir ceritanya.
Ketidakutuhan lainnya nampak pada kalimat-kalimat yang cenderung berdiri sendiri, berbentuk bait/larik yang terpisah satu sama lain. Mirip puisi (disebut puisi tdk juga  ). Tidak ada narasi transisi yang mengikat kalimat sebelum dengan sesudahnya.
Memberitahu, tidak menunjukkan
Ini penyakit turun temurun yang juga banyak menjangkiti cerpen dan novel Indonesia. Terlebih karena keterbatasan kata biasanya penulis flash fiction mengambil jalan pintas untuk lebih banyak memberitahu pembaca ketimbang menunjukkan. Alasannya tak ada ruang buat mendeskripsikan setting, karakter atau adegan-adegan tertentu.
Show don’t tell tidak semata mendeskripsikan secara spesifik seluruh karakter, setting atau kejadian tertentu. Menunjukkan berarti menghadirkan pembaca kedalam adegan seolah-olah dia memerankan salah satu karakter cerita. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini bisa dibaca pada seri artikel mungkinkah menulis fiksi dalam 100 kata……
Resolusi Cerita Tidak Jelas
Saya mencurigai kelemahan ini dipengaruhi oleh kebiasaan menulis puisi.  Tak heran bila penulis cerita yang berlatar belakang pujangga lazim ditemui menulis ending yang membingungkan. Pembaca tidak (diberi) tahu apa resolusinya, apa perubahan yang terjadi pada karakternya ? Cerita menggantung begitu saja. Bersambung tidak, selesai pun tidak, sebab cerita sekonyong-konyong berakhir.
Banyak penulis ternama menganjurkan untuk selalu mengakhiri cerita dengan teka-teki atau pertanyaan-pertanyaan buat pembacanya. Dalam posisi saya sebagai pembaca, sangat terasa pengkhianatan oleh penulis pada saya yang telah merelakan waktu & uang untuk membaca tulisan penulis bersangkutan. Pembaca ingin akhir flash fiction berupa resolusi yang jelas. Aturan ini tidak bisa ditawar-tawar lagi.

by rusdianto
sumber internet

***
UNTUK REFERENSI MEMBUAT FLASH FICTION
Segera beli Dear Love di Toko Buku GRAMEDIA, GUNUNG AGUNG,TOGAMAS.
Kumpulan Flash Fiction (FF) Selected Penuh kejutan dan inspiratif.
Banyak hilmah dan pelajaran ttg cinta dan kehidupan.
Judul : Dear Love
menghubungi cinta-menghubungkan cinta-hubungan cinta
111 tulisan tentang cinta
Penerbit: Hasfa Publishing
ISBN 978-602-98386-7-1
227hlm. Rp 49rb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar