Rabu, 29 Juni 2011

DICARI: Naskah ‘CULINARY OF INDONESIA (CoI)’


Bismillahirrahmanirrahim

a.       Tuangkan pengalamanmu / keluargamu / karibmu / temanmu / kenalanmu  tentang suka duka membangun dan menjalankan usaha kuliner kelas mikro / home industry, misalnya : pedagang bakso, usaha keripik rumah tangga,  waralaba tenda, dll atau usaha kuliner yang menjadi ciri khas daerahmu (kisah nyata).
Jika bersumber dari pengalaman orang lain dan narasumber memperkenankan, boleh menggambarkan ilustrasi modal awal dan pengembangan omset dari usaha

b.      Tidak menjadi masalah apakah usaha tsb sudah sukses / belum, karena yang akan dinilai adalah kreativitas dan tingkat usaha yang dapat menginspirasi pembaca

c.       Naskah ditulis dalam format rtf. MS Word TNR 1,5 spasi panjang 5 – 8 halaman dikirimkan ke tarapuccinogroup@yahoo.com beserta biodata dan nama FB. Beri judul subject : CI_(nama).

d.      Naskah disertai foto-foto pendukung (minimal 3 (tiga) foto dalam format jpg ukuran maksimal 75 kb/foto) dan tips pengembangan usaha (disertakan pada akhir kisah), semakin inspiratif kisah dan tips membangun usaha yang diuraikan, maka penilaian akan semakin baik.

Isi naskah bertujuan memberi informasi sebanyak mungkin tentang usaha kuliner, jadi naskah teman2 yang dikirimkan minimal harus memenuhi syarat2 :
a. Jenis usaha dan makanan yang dijual
b. Perincian biaya termasuk modal, omset dsb
c. Boleh menyertakan inspirasi dibalik kisah tapi tidak terlalu diprioritaskan
d. Foto-foto pendukung (minimal gambar penjual, tempat / lokasi berjualan dan makanan yang dijual)
e. Alamat lengkap lokasi usaha jadi bisa sekaligus untuk sarana promosi
f.  Bagi temans yang kebetulan singgah di note ini dan berminat ikut serta, silahkan konfirmasi via inbox FB Riawani Elyta

Terima kasih atas partisipasinya,

Salam,

Contoh naskah:

Angkringan, Solusi di tengah krisis


Apakah Angkringan itu? Mungkin buat anda yang berdomisili di Kalimantan, Sulawesi, Sumatra atau pulau lain di luar Jawa masih merasa asing dengan istilah ini. Tapi tidak dengan mereka yang berdomisili di pulau Jawa, khususnya Jawa Tangah dan Yogyakarta. Istilah ini akrab dengan masyarakat. Angkringan berasal dari kata ‘Angkring’ atau ‘Nangkring’ yang berarti duduk dengan posisi nyaman, terkadang dengan mengangkat salah satu kaki di kursi. Istilah Angkringan lebih banyak digunakan di Yogyakarta. Di daerah Magelang dikenal dengan istilah ‘Kucingan’. Sedangkan di daerah Solo khas dengan sebutan ‘Hik’. Meskipun dikenal dengan istilah berbeda, tapi pada dasarnya memiliki konsep yang sama.
Angkringan berwujud sebuah gerobak dorong yang berisi penuh dengan aneka makanan, minuman dan jajanan. Biasanya mulai beroperasi pada sore hari sampai dini hari bahkan ada yang menjelang pagi. Yang khas dari angkringan ini karena penerangannya masih menggunakan lampu teplok / lampu Senthir. Kadang ada pula yang hanya mengandalkan temaramnya lampu-lampu mercury jalanan.
Menu khas yang disajikan adalah nasi hik atau segi kucing. Disebut sego kucing bukan karena dibuat dari daging kucing! Sama sekli bukan! Tapi karena nasi yang dijual dengan dibungkus daun pisang ini hanya sebesar kepalan tangan dengan lauk ikan banding sebesar ukuran jari kelingking plus sambel. Benar-benar seperti makanan jenis dan porsi makanan kucing. Tapi justru karena sedikit inilah letak kenikmatannya.
Sejarah istilah hik sampai sekarang belum bisa terjawab dengan pasti. Konon, sekitar tahun 90-an banyak yang menjajakan dagangan berupa nasi, gorengan dan aneka jajan lain dengan dipikul berkeliling kampung sambil meneriakkan “hiiiik, hiiiik”. Akhirnya orang-orang menamainya dengan ‘Bakul Hik’ atau ‘Pedagang Hik’. Saat ini sudah jarang ditemukan pedagang hik dengan pikulan tersebut. Namun sebaliknya banyak sekali dijumpai pedagang hik dengan gerobak yang ditutup terpal atau tenda plastik lengkap dengan kursi panjang dan atribut lesehan lainnya seperti tikar dan bangku(meja) kecil.
Menu-menu makanan di angkringan semakin hari semakin bervariasi. Selain nasi hik dan gorengan (tempe goreng, mendoan,pisang goreng, tahu goreng dan bakwan), ada pula sate usus atau sate tusuk, ceker ayam, tahu bacem, tempe bacem dan kerupuk. Selain itu ada primadona baru yang di beri nama ‘Pisang Owol’ (pisang bakar) dan ‘Apollo’ ( Jadah bakar susu). Untuk aneka gorengan itu kita bisa ‘ngangeti’ (menghangatkan kembali) dengan cara dibakar di atas bara api kecil.
Untuk menu minumannya ada teh panas, wedang jahe, wedang jeruk, wedang kopi, kopi jahe, susu jahe dan wedang tape. Kita juga bebas mencampur-campur minuman sesuai selera kita seperti Teh susu (Teh dicampur susu), Teh jahe (Teh campur jahe) atau Teh Kampul (Wedang teh diberi irisan jeruk nipis yang dimasukkan ke dalamnya).
Dengan hanya mengeluarkan uang RP 3.000 saja kita sudah dapat sebungkus nasi, gorengan dan segelas minuman. Murah sekali bukan?!
Konsumen angkringan sendiri sudah bergeser dari yang semula golongan ekonomi menengah ke bawah,pada kenyataannya sekarang terdiri dari berbagai kalangan. Mulai dari tukng ojek, anak kost, pegawai kantor, dokter, budayawan, seniman bahkan pejabat dan eksekutif tdak sungkan-sungkan untuk menghabiskan malam dengan menyantap aneka makanan dan minuman di angkringan. Perilaku konsumen angkringan juga bermacam-macam. Ada yang hanya membeli untuk dibawa pulang, ada yang membeli, makan ditempat sebentar lalu pulang. Ada pula yang terjadi adalah membeli, makan sambil ngobrol ditempat, membeli lagi dan ngobrol lagi bersama rekan-rekan maupun orang-orang yang ditemui disana. Biasanya mereka ngobrol kasana kemari tentang politik, ekonomi atau hal-hal lain yang sedang tren. Otomatis di angkringan tidak ada pembedaan strata social,agama maupun ras. Mereka semua sama,sebagai sosok manusia yang makan dan minum dari tangan penjual yang sama.

--- Pengalaman seorang tetangga---

Badai krisis 1998 banyak membawa dampak di segala aspek kehidupan utamanya dalam bidang ekonomi. Banyak pemutusan hubungan kerja besar-besaran karena perusahaan tidak mampu menutup biaya operasional. Hal ini pula yang terjadi dengan tetangga saya, sebut saja namanya bang Maman. Dia terpaksa di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Kebutuhan hidup yang semakin hari semakin banyak, mau tidak mau mendesaknya untuk berfikir keras kira-kira usaha apa dengan modal tidak begitu besar yang harus ia jalankan demi menyambung kehidupannya beserta istri dan 3 orang anaknya yang sudah beranjak masuk bangku kuliah dan sekolah menengah atas. Semua itu tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Atas saran saudara-saudaranya akhirnya bang Maman mencoba peruntungan dengan berjualan mie ayam dan bakso. Usaha ini berjalan kira-kira hanya 2 bulan saja. Dasarnya belum rezeki, warung sederhana di beranda rumahnya itupun sepi karena banyaknya pedagang mie ayam dan bakso yang sudah lebih dulu ada dan berjaya. Dengan berat hati bang maman menutup warungnya. Lepas dari berjualan mie ayam dan bakso tidak lantas membuat bang Maman berpangku tangan. Atas saran seorang temannya yang tinggal di daerah solo dan sudah lama menggeluti usaha angkringan, akhirnya bang Maman mulai merintis usaha yang sama. Dengan mengandalkan modal dari salah satu program kredit usaha rakyat salah satu bank terkemuka, bang Maman mulai membuat gerobak dengan tangannya sendiri. Sementara istri dan anak-anaknya yang kebetulan  perempuan semua bersama-sama   memasak dan mengemas aneka makanan dan snack sendiri. Angkringan bang Maman mulai beroperasi jam 5 sore sampai dini hari dipinggir jalan raya dekat rumah yang ramai dilalui orang. Kebetulan kampung kami terletak dipinggiran kota, sehingga ramai dengan pangkalan ojek, angkot dan bis kota. Kegigihan bang Maman membuat usahanya ini berhasil.Bang Maman bisa membuat rumah dan mengkredit motor. Yang lebih membahagiakan lagi 3 orang anak perempuannya bisa kuliah semua. Tak terasa sudah lebih dari 10 tahun bang Maman bergelut di bidang angkringan dan sampai sekarang ia masih setia dengan usahanya ini.

Bagi anda yang ingin memulai usaha dengan memiliki modal usaha kecil-kecilan, warung makan angkringan bisa menjadi pilihan. Sebelum memulai usaha ini, yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah mengadakan survey lokasi di daerah yang akan ditempati. Setelah itu kita mencari orang yang bisa menyuplai menu makanan (Sistem Konsinyasi). Apabila kita mampu membuat menu makanan sendiri, maka itu akan lebih menguntungkan. Bagaimana kita bisa mengambil keuntungan? Hampir kebanyakan usaha warung makan, keuntungan di ambil dari minuman (Teh, kopi, jahe dll). Sementara untuk jenis lain juga memberi keuntungan tapi tidak terlalu signifikan. Modal yang diperlukan berkisar antara Rp 2.000.000,- sampai Rp 2.500.000,-
Berikut ini adalah anggaran atau analisa ekonominya :
      *    Pembuatan gerobak                                                    : Rp1.500.000,-
            Terpal/tenda                                                                 : Rp   150.000,-
            Peralatan masak(teko,gelas,sendok,tempat arang dll): Rp 250.000,-
            Bumbu-bumbu dapur(gula, teh, kopi, jahe, susu dll) : Rp   100.000,-
            Jumlah                                                                             Rp. 2.000.000,-

  • Keuntungan per hari (misal dengan konsinyasi/titipan) :
Minuman, 50XRp 1.000,-               : Rp      50.000,-
Makanan  50XRp     250,-               : Rp      12.500,-
Snack       50XRp     100,-               : Rp        5.000,-
Jumlah                                              : Rp       67.500,-

Laba kotor per bulan Rp 67.500 X 30   : Rp  2.025.000,-

  • Biaya operasional per bulan
Biaya listrik                                              : Rp      30.000,-
Gaji karyawan                                           : Rp    750.000,-
Jumlah                                                       : Rp    780.000,-
Laba bersih = Laba kotor – Biaya opersional
                    = Rp. 2.025.000, - Rp 780.000,-
                   = Rp 1.245.000,-
Analisa ekonomi di atas dengan menggunakan sistem konsinyasi / kita mengambil menu makanan dari penyuplai makanan. Akan lebih menguntungkan lagi kalau kita sendiri yang membuatnya.
Angkringan mungkin identik dengan Yogyakarta, Solo dan sekitarnya. Sampai ada yang bilang kalau kebetulan sedang berlibur ke daerah-daerah ini rasanya belum lengkap kalau belum ke angkringan. Tapi konsep usaha ini bisa diterapkan dimana saja. Membuka warung angkringan ini relatif mudah dan membutuhkan modal yang tidak terlalu besar.masyarakat beranggapan makan di angkringan harganya jauh lebih murah dengan menu makanan yang lebih lengkap, serasa makan di rumah sendiri. Angkringan merupakan sebuah peluang usaha sederhana yang bisa mendatangkan keuntungan jika anda telaten menggelutinya. Salah satu kunci keberhasilan jika anda ingin membangun usaha ini adalah pemilihan lokasi, karena lokasi bisa mempengaruhi minat pembeli di sekitarnya. Lokasi untuk warung angkringan yang sering dipilih antara lain tempat pangkalan ojek, taksi, becak, daerah kost-kost’an, daerah sekitar kampus,ruko-ruko, supermarket/mall, pinggir jalan raya sampai daerah pertokoan. Lokasi-lokasi tersebut biasanya bisa menghadirkan pembeli lebih banyak.
Agar lebih menarik minat pembeli ada baiknya menu makanan dan minuman lebih divariasi. Misalnya, nasi hik yang semula hanya berlauk sambel dan banding bisa divariasi dengan sambel teri, oseng-oseng tempe atau oseng-oseng kacang.
Untuk aneka gorengan bisa divariasi dengan ubi, rolade, risoles, martabak dan lain-lain. Untuk aneka minuman, kalau memungkinkan divariasi dengan aneka jus buah. Untuk snack divariasi dengan aneka keripik, kacang dan cemilan ringan lainnya. Disamping itu kita juga harus pintar-pintar mempertahankan cita rasa kalau mau usaha angkringn ini berjalan lama. Dalam perkembangannya angkringan sekarang ini ada yang menerapkan konsep waralaba, sehingga memungkinkan kita untuk membuka cabang di daerah lain jika usaha tersebut sudah berjalan lancar dan sukses.







Biodata :

Dreamyhollic Santi, saat ini tinggal di Sragen, Jawa Tengah. Sejak kecil gemar membaca. Suka corat-coret tidak jelas di sela-sela waktu luang antara kerja dan kuliah. Semakin mencintai buku saat coretan isengnya lolos dalam Antologi Flash Fiction "Persembahan Kupu-Kupu" (bersama Akhi Dirman Al-Amin Dkk).
Santi bisa dihubungi lewat Dreamyhollic@gmail.com atau www.Dreamyhollic.blogspot.com

Kamis, 23 Juni 2011

Salam Penulis.... (Mencari 20 penulis cerpen)


oleh Yieni Firnawati Ma'ruf pada 23 Juni 2011 jam 10:15
Selamat pagi, siang, sore, dan malam...

BATAS WAKTU AKHIR: 10 juli 2011

Bagi yang merasa doyan dan hobi menulis—ada kabar gembira.
Memperingati peluncuran Penerbit Media Kita (Grup Azam) yang baru saja lahir. Maka sebagai rasa syukur kami, kami akan mengadakan program penulisan cerpen. Penerbit Media Kita (Grup Azam) mencari 20 penulis cerpen berbakat, tentunya yang punya semangat tinggi dalam menulis. Berhubung akan ada banyak cerpen yang masuk, kami akan menyeleksi secara ketat setiap cerpen yang anda kirim. Penilaian kami berdasarkan ide dan tema yang diajukan (menarik atau tidaknya cerpen dinilai dari bagaimana anda mengemas cerita tersebut). Perhatikan gaya bahasa yang digunakan, EYDnya, dan ide yang diterapkan.

Ketentuan-ketentuan Umum
  1. Tema: Bebas (yang penting menarik dan asyik)
  2. Font: Times New Roman, 12 point
  3. Batas penulisan: Paling banyak 5 halaman, Paling sedikit 4 halaman, 1.5 spasi (harus rapi)
  4. Pengiriman cerpen dengan subject: Salam Penulis
  5. Cerpen tidak boleh dikirim di badan email, harus di attachmant
  6. Kirim ke alamat email: mediakita23@yahoo.com
  7. Harap melampirkan CV dan nomer yang bisa dihubungi
  8. Setiap penulis hanya bisa mengirimkan satu cerpen
  9. Wajib men-tag 30 FB teman-teman anda dan disertakan pula FB: Penerbit Azam Jaya Press (http://www.facebook.com/profile.php?id=100001172248791) dan FB: Penerbit Medika (http://www.facebook.com/profile.php?id=100002505548691&sk=wall)
  10. Ketentuan ini harap dijalankan bagi yang benar-benar tertarik
  11. Pengumuman nama-nama dan judul cerpen yang masuk bisa dilihat di blog (http://azamjayapress.blogspot.com/) dan FB Azam Jaya, terus di FB Penerbit MEDIKA (Media Kita). Pada saat setelah 1 minggu program ini berakhir.

Ketentuan-ketentuan Khusus:
  1. Cerpen penulis yang lolos seleksi dan diterbitkan—akan dikenakakan beban tambahan, yaitu; setiap penulis wajib ikut menjualkan buku kumpulan cerpen ini paling sedikit 8 eksmplar, boleh lebih (khusus untuk buku ini).
  2. Untuk penjualan yang dibebankan 8 eksmplar kepada 20 penulis yang terpilih cerpennya, maka penulis juga bisa mengambil keuntungan. Contoh: harga perbuku dari penerbit adalah 40.000, maka penulis bisa menjualnya 50.000/buku, dari penjualan itu otomatis penulis mendapatkan keuntungan 10.000/perbuku. Harga akan disesuaikan oleh penerbit. Intinya, dari penjualan 8 eksmplar yang dijualkan oleh setiap penulis, penulis masih dapat keuntungan dari penjualan itu. Namun, penulis juga boleh menjual lebih dari 8 eksmplar, jika permintaan memang ada.  Selain jadi penulis, kita belajar berusaha (menjadi distributor kecil-kecilan).
  3. Sebagai pengikat janji kebersedian penulis yang lolos, kami akan mengirimkan surat keterangan dari penulis yang ditandatangani di atas materai 6000, bahwa penulis bersedia ikut terlibat dalam penjualan buku ini, yang dibebankan hanya 8 eksmplar atau silakan kalau mau lebih. ini tidaklah berat, karena penulis juga masih mendapatkan keuntungan penjualan dari 8 buku yang mereka jual, dan boleh lebih (walaupun sangat kecil, tapi ada kepuasan lain di sini).
  4. Setiap cerpen yang masuk dan lolos, tidak ada royalti yang diberikan kepada penulis. Hanya berupa keuntungan penjualan saja dari beban 8 eksmplar dan bisa lebih.
  5. Syarat-syarat ini berlaku bagi yang cerpennya lolos dan masuk dalam kumpulan 20 cerpen yang akan diterbitkan (tidak berlaku untuk umum).

2 Cerpenis terbaik akan diberikan paket hadiah buku menarik (di sponsori oleh Toko Buku Azam Jaya)